Ibu, Jangan Pergi
“Ibu, Shyla
(Baca Sila) sekolah dulu ya, Asalamu’alaikum” Kata Syla dengan nada lembut
sekali. “Iya nak, Wa’alaikum salam” Jawab Ibu dengan lembut juga.
Shyla
berangkat sekolah dengan berjalan kaki, ya sambil hemat-hemat minyak bumi, daripada
naik mobil lebih baik jalan kaki.
Shyla pun
sampai di sekolah.
Tak disadari
sekolah pun bubar. Shyla pulang seperti tadi pagi, jalan kaki.
“Assalamu’alaikum,
Ibu aku pulang” Kata Shyla. Tak berapa lama, Ibu Shyla pun membukakan pintu
untuk Shyla. “Wa’alaikum salam” Kata Ibu.
Shyla pun
bergegas berganti baju. Shyla memakai Baju tangan panjang bergambar kupu-kupu,
Rok panjang warna Hijau dan Kerudung berwarna Hijau juga. Memang keluarga Shyla
memakai kerudung di luar ataupun di dalam.
“Shyla, Ibu
mau ke pasar dulu ya. Tidak apa-apa kan kalau kamu sendirian?” Kata Ibu.
“Hmm….. tidak apa-apa kok bu.” Kata Shyla. “Kamu jaga rumah ya” Kata Ibu. “Ok
Bu” Jawab Shyla singkat. “Ibu pergi dulu ya. Asalamu’alaikum” Kata Ibu pamit.
“Wa’alaikum salam bu. Hati-hati ya di jalan” Pesan Shyla.
Saat Ibu
menyebrang Ibu tidak sadar kalau ada mobil truk yang melaju dengan cepat dan
Ibu tertabrak oleh truk.
“Aaaa!!!”
Teriak Ibu Shyla.
Ibu Shyla
pun nyaris tertabrak truk. Supir yang mengemudikan truk pun sudah lari entah
kemana.
Warga
sekitar menyelamatkan Ibu Shyla dan membawa Ibu Shyla ke rumah sakit.
Di rumah
sakit Warga yang menyelamatkan Ibu Shyla sedang mencari siapa keluarga Ibu
Shyla.
Dirumah,
Syla sedang menonton berita di TV, dan Shyla melihat ibu-ibu yang tertabrak
truk di berita.
“Waa!!!! Itu
seperti muka ibu” Kata Shyla kaget.
Reporter TV
pun menjelasakan kejadiannya.
“kami beritahukan kepada orang yang mengenal
Ibu-Ibu ini, harap datang ke Rumah Sakit Harapan Jaya. Namanya Siti Rahma Cahya
Jaya. Sekian berita dari kami……” Itu adalah cuplikan berita yang ditonton
Shyla.
“Aaapp…..Appaa?!
Ibu ditabrak truk? Oh tidak! Aku harus ke Rumah Sakit Harapan Jaya!” Seru Shyla
kaget.
Shyla pun
naik angkot.
Setelah
sampai di Rumah Sakit Harapan Jaya……………..
“Maaf Sus,
boleh Tanya? kamar Bu Siti Rahma Cahya Jaya dimana ya?” Tanya Shyla pada
seorang suster. “Di kamar no. 132” Kata Suster. “Oh, Terima Kasih Sus” Kata
Shyla. “Ya, Sama-Sama” Jawab Suster.
Setelah
sampai di depan kamar no. 132, Shyla pun langsung masuk ke kamar Ibunya.
“Ibuu!!!!”
Teriak Shyla. Tapi Ibu tak menyahut.
Beberapa
lama kemudian, Dokter pun datang.
“Maaf dek,
adek siapanya Ibu Siti?” Tanya Dokter. “Saya anaknya dok. Dok, ibu saya kenapa?
Kok dari tadi tidak menjawab saya kalau saya panggil?” Tanya Shyla sedih. “Maaf
dek, saya cek dulu keadaan Ibu Siti” Kata Dokter. “Oh eh, silakan” Kata Shyla.
Setelah di
cek………..
“Maaf dek,
saya berat mengatakan ini……” Kata Dokter sedih. “Kenapa dok? Ibu saya kenapa?”
Kata Shyla ingin tahu. “Ibumu terkena Kanker Otak dan setelah saya cek
ibumu…..ibumu….. meninggal” Kata Dokter. “Meninggal?! Dokter pasti bohong kan?!
Dokter pasti bohong!” Kata Shyla tak percaya. Beberapa tetes air mata pun
berjatuhan dari mata Shyla.
“Maaf dek,
saya keluar dulu” Kata Dokter. “Hiks…hiks… ii….iiyy….iya…dd…dddookk….” Kata
Shyla sambil sesenggukan. “Ibu, Ibu jangan pergi untuk selamanya. Huaaa!!!
Ibu!!! Kalo ibu pergi Shyla tinggal sama siapa? Ayah kan udah nikah sama
perempuan lain. Huaa!!!!!!” Shyla pun menangis
Shyla pun
akhirnya pulang setelah jenazah Ibunya dibawa ke kamar mayat.
Di rumah
Shyla menulis puisi untuk ibunya di kertas selembar. Sambil menangis ia menulis
puisinya yang berjudul “Ibuku” mau lihat kan puisinya? Yuk kita lihat.
ibuku
Ibu.
Kaulah bidadari yang kucintai, kusayangi dan yang kubanggakan. dan, betapa sayangnya kau padaku. k au yang telah melahirkanku dengan susah payah.
Ibu.
kau selalu sabar merawatku saat aku masih bayi. kasih sayangmu tak terhitung olehku. Tapi, nyatanya aku telah membuatmu marah, tapi kau tetap sabar.
Ibu.
do’aku akan terus menyertaimu. kau lebih berharga daripada cincin permata, Dan Kau juga lebih berharga dari mobil mewah dan rumah mewah.
Ibu
terima kasih kuucapkan.
Shyla anakmu
|
“Hiks….hiks….” Shyla menangis sampai selesai membuat puisi.
“Ibu aku tidak akan pernah melupakanmu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment Ya